Beranda >Berita >Informasi

Sukacita dan Api Misi Membakar Ibadah Penutupan Semester Genap STTII Ambon Tahun Akademik 2024/2025

06/06/2025
234

Ambon, 6 Juni 2025 — Dengan penuh sukacita dan rasa syukur, Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII) Ambon menggelar Ibadah Penutupan Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025. Bertempat di kapel utama kampus, seluruh civitas akademika—dosen, mahasiswa, dan staf—bersama-sama merayakan penyertaan Tuhan yang nyata sepanjang semester yang baru saja dilalui.

Ibadah berlangsung dalam suasana khidmat dan penuh pujian, menjadi momentum spiritual untuk merefleksikan perjalanan akademik sekaligus memperbarui komitmen panggilan pelayanan. Lagu-lagu penyembahan yang dinaikkan mengantar seluruh jemaat ke hadirat Tuhan, membuka hati bagi penyampaian Firman yang penuh kuasa.

Firman Tuhan disampaikan oleh Bapak Daniel Lindung Adiatma, M.Th, yang mengangkat pesan dari Kisah Para Rasul 1:1–5. Dalam khotbahnya, beliau menekankan pentingnya setiap orang percaya memahami peran dan tanggung jawabnya dalam kelanjutan misi Kristus di dunia.

Dalam uraian khotbah yang mendalam dan aplikatif, Bapak Daniel menjelaskan tiga dimensi penting dari panggilan dalam menjaga wajah kekristenan masa kini:

  1. Menjadi Suksesor Missio Christi (ay. 1)
    Orang percaya bukan hanya penerima kabar baik, tetapi pewaris langsung dari misi Kristus. Melalui kesaksian hidup yang nyata—baik dalam perkataan maupun perbuatan—setiap orang percaya dipanggil untuk meneruskan karya Yesus di tengah dunia. “Kesaksian sejati bukan hanya dituturkan, tetapi diwujudkan dalam tindakan kasih, kejujuran, dan kerendahan hati,” tegas beliau.

  2. Menjadi Pewaris Kerajaan Allah yang Missional (ay. 3)
    Sebagai warga Kerajaan Allah, orang percaya mengemban misi damai—menjadi jembatan yang membawa rekonsiliasi, bukan konflik. Bapak Daniel mengajak seluruh hadirin untuk menjadi pembawa damai di tengah dunia yang dipenuhi kekerasan, perpecahan, dan ketidakpastian. “Identitas kita sebagai anak-anak Kerajaan tak bisa dilepaskan dari misi Kristus sebagai Raja Damai,” ujarnya.

  3. Menjadi Agen Pembaruan Spiritualitas (ay. 4)
    Roh Kudus diberikan bukan hanya untuk memberi kekuatan, tetapi juga untuk memperbaharui manusia dari dalam—menjadikan setiap pribadi semakin serupa dengan Kristus. “Kita dipanggil bukan hanya untuk menjadi religius, tetapi untuk mengalami transformasi spiritual menuju kedewasaan iman yang sejati,” tambahnya.

Dalam penutup khotbahnya, Bapak Daniel menyampaikan refleksi penting: Wajah kekristenan kita hari ini haruslah mencerminkan Kristus secara utuh. Ia merangkumnya dalam tiga karakter yang menjadi seruan profetik bagi gereja dan lembaga pendidikan Kristen:

  • Kristen yang Inkarnatif seperti Yesus — hadir nyata di tengah dunia, menyentuh luka masyarakat, dan menjadi "Allah yang bersama-sama dengan kita".

  • Kristen Pembawa Pesan Damai — yang meruntuhkan tembok pemisah, merangkul yang terpinggirkan, dan membangun hubungan yang dipenuhi kasih.

  • Kristen Pembaharu Spiritualitas Masyarakat — yang membawa perubahan bukan hanya secara pribadi, tetapi juga secara sosial dan kultural, melalui nilai-nilai Kerajaan Allah.

Pesan ini menggugah setiap hadirin untuk melihat panggilan kekristenan tidak sebatas pada gereja atau ruang kelas, melainkan menjangkau seluruh aspek kehidupan dan masyarakat luas.

Pesan tersebut membangkitkan kesadaran rohani seluruh jemaat bahwa kehidupan Kristen bukan sekadar kegiatan rohani, tetapi sebuah panggilan transformasional yang berdampak bagi dunia.

Beragam reaksi positif muncul dari para peserta ibadah. Ibu Betty Latupeirissa, M.Th, salah satu dosen senior STTII Ambon, menyatakan rasa syukurnya atas semester yang telah dilalui:

“Melihat mahasiswa tetap semangat belajar dan melayani meski tantangan tidak mudah, itu adalah bukti penyertaan Tuhan yang nyata. Firman hari ini sangat relevan—kita perlu mencetak generasi teolog yang tidak hanya tahu, tetapi hidup dalam misi Kristus,” ujarnya.

Sementara itu, Yanes Loraya, mahasiswa tingkat akhir Program Sarjana Teologi, menyatakan kesan mendalamnya:

“Saya merasa diperbarui secara pribadi. Firman Tuhan mengingatkan saya bahwa kuliah teologi bukan sekadar akademik, tapi persiapan untuk menghadirkan Kristus dalam dunia nyata. Saya ingin jadi Kristen yang hidup membawa damai, bukan hanya tahu teori,” ucapnya penuh semangat.

Ibadah diakhiri dengan doa syafaat, pengutusan, dan pengucapan syukur bersama. Seluruh civitas akademika bersatu hati menyerahkan semester yang telah dilalui dan masa depan akademik ke dalam tangan Tuhan. Suasana kelegaan, haru, dan harapan tergambar jelas dari wajah-wajah yang hadir.

Ketua STTII Ambon dalam sambutannya menekankan bahwa momentum ini bukanlah akhir, tetapi awal dari pergerakan yang lebih besar:

“Mari kita keluar dari tempat ini bukan hanya sebagai lulusan atau pelayan, tetapi sebagai murid-murid Kristus yang siap menghadirkan wajah Allah di tengah dunia,” katanya menutup ibadah.

Ibadah penutupan semester ini menjadi bukan hanya selebrasi akademik, tetapi panggilan spiritual: untuk menjalani hidup yang inkarnatif, damai, dan penuh pembaruan—demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan dunia. Ibadah Penutupan Semester ini mengingatkan kembali misi mulia: menjadi terang dan garam bagi dunia, sampai bumi penuh dengan kemuliaan Tuhan seperti air menutupi lautan.